Thursday, May 14, 2009

Satellite






Jakarta


Indonesia sejak tahun 1976 sudah menjadi Negara yang memiliki satelit sebagai sarana telekomunikasinya. Pada saat itu Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang menggunakan satelit sebagai Sistem Komunikasi Domestiknya, setelah USA dan Kanada.

Bertahun-tahun lamanya Indonesia berjaya dalam persatelitan, semua negara – negara ASEAN memakai/menyewa transponder Satelit Palapa.

Tetapi ternyata negara-negara tetangga kita tidak tinggal diam, satu per satu mereka menyiapkan infrastruktur telekomunikasi yang paling luas liputannya ini. Malaysia, Thailand, Philipina, dan Singapura mulai meluncurkan satelitnya sendiri.

Mulailah terjadi persaingan di bidang satelit komunikasi ini. Indonesia mulai ketinggalan, bukan saja dalam hal Satelit ( Space Segment )-nya tapi juga dalam hal aplikasi yang dilewatkan atau didistribusikan dengan satelit.

Satelit adalah sebuah repeater yang diletakkan pada ketinggian 36.000 km di atas permukaan bumi - geostasioner. Karena ketinggiannya itu satelit mempunyai liputan yang sangat luas.

Pada awalnya satelit hanya dipergunakan untuk siaran televisi dan telepon. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi (IT), satelit juga berperanan penting dalan penyebaran informasi dan aplikasi IT lainnya; seperti internet, ATM, dan saat ini Multimedia.


ASTRO


Negara tetangga yang gencar dalam hal kompetisi bisnis satelit adalah Malaysia. Negara ini baru memiliki satelit sendiri sekitar 90-an di era PM Mahathir Mohamad. Mahathir dikenal dengan visi Malaysia 2020-nya. Beliau sangat perhatian terhadap perkembangan Teknologi Informasi dan infrastruktur serta segala sesuatu yang berkenaan dengan ruang angkasa.

Ini terbukti dengan peluncuran 2 satelit-nya Measat 1 dan 2 serta dilanjutkan dengan Measat 3 dan 4. Terbukti pula Malaysia berhasil mengirimkan astronotnya ke ruang angkasa, padahal ini seharusnya sudah dilakukan Indonesia pada 1986 kalau saja tidak terjadi kecelakaan pesawat ulang-alik.

Salah satu kecerdikan Malaysia yang lain adalah mendirikan sebuah Perusahaan TV berbayar ASTRO dengan memakai Satelit Measat 2, kemudian dilanjutkan dengan Measat 3. ASTRO menggunakan frekuensi Ku-band (14/12 GHz.). Dengan antenna 0.6 m layanan ASTRO di Malaysia berkembang pesat. Kemudian ASTRO mengembangkan sayapnya ke Indonesia dengan nama ASTRO NUSANTARA dan mulai mengudara sekitar 2005.

Siaran ASTRO cukup menarik dan mempunyai kualitas gambar yang bagus. ASTRO dengan berani memakai Ku-band sebagai frekuensi kerjanya. Frekuensi ini selalu dihindari oleh pemain satelit di daerah tropis termasuk Indonesia, karena redaman hujannya yang tinggi yang mengakibatkan terputusnya siaran.

Tetapi dengan memakai frekuensi ini ASTRO mengambil keuntungan, yaitu dish antenna yang kecil sehingga mudah dan cepat pemasangannya serta bandwidth yang lebar selain juga terhindar dari interferensi teresterial microwave.


Persaingan

Sebenarnya Indonesia juga mempunyai provider layanan TV berbayar yang mengudara sejak 1997 dengan memakai Satelit Cakrawarta, yang khusus dirancang untuk siaran atau broadcasting. Satelit ini mempunyai frekuensi kerja S-band, yang kemudian hari frekuensi ini sangat berdekatan dengan Wifi (2,4 GHz.) dan Wimax (2,3GHz.).

Maka terjadilah persaingan terbuka antara keduanya. Indovision seperti kewalahan dengan ASTRO. Padahal kalau dilihat dari frekuensi kerjanya S-band itu tidak rentan oleh cuaca, artinya siaran Indovision tidak akan putus jika ada hujan. Dan Indovision sudah mengeluarkan iklan yang secara tidak langsung mengungkapkan hal itu.

Ku-band, frekuensi yang ditakuti oleh pengguna satelit di daerah tropis, karena redaman hujannya tinggi. Redaman yang tinggi ini mengakibatkan putusnya siaran. Tetapi perkembangan Ku-band di daerah tropis makin hari makin gencar.

0 komentar:

Post a Comment